Jurnal Refleksi Dwi Mingguan - 1

         Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

        Salam Sejahtera Untuk Kita semua, Perkenalkan Nama saya SAYED MUNANDAR, S.Pd, Calon Guru Penggerak Angkatan 10, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Dibimbing oleh Fasilitator Ibu Roza Novita dan pengajar praktek Bapak Wawan Setyawan. Disini Saya akan mencoba menarik Jurnal Refleksi Dwimingguan dari pengalaman pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara Pada Modul 1.1. Jurnal Refleksi Dwimingguan ini dibuat untuk melengkapi salah satu tugas Calon Guru Penggerak. Sebagai Calon Guru Penggerak kami akan merefleksikan seluruh rangkaian kegiatan selama mempelajari modul 1.1 yaitu tentang Filosofis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan.

        Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). 

        Dalam mengerjakan tugas ini saya menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, melalui pertanyaan sebagai berikut :

Facts (Peristiwa) : Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat aksi nyata ke dalam kelas ? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?

Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut`

Findings (Pembelajaran) : Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini ? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?

Future (Penerapan) : Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan ? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?

        Dibawah ini adalah hasil refleksi yang telah saya lakukan :

        Facts (Peristiwa)

        Kegiatan CGP Angkatan 10 resmi dimulai pada tanggal 15 Maret 2024. Di buka secara resmi oleh Dirjen GTK Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Prof. DR. Nunuk Suryani, M.Pd melalui Zoom yang diikuti oleh CGP Angkatan 10 se-Indonesia. Sesi kedua kegiatan dilanjutkan oleh BGP Provinsi Riau melalui Zoom dan Live Streaming BBGP Riau.Dalam kegiatan ini, CGP diberi arahan tentang rangkaian pelaksanaan kegiatan mulai dari jadwal teknis, hingga strategi dalam mempersiapkan diri dan menjalani tugas selama mengikuti program CGP. Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 10 akan dilaksanakan selama enam bulan, terhitung mulai tanggal 15 Maret 2024 hingga 29 Oktober 2024. Pembelajaran dimulai pada tanggal 15 Maret 2024. Pada hari itu, agendanya pengenalan LMS. Peserta CGP diajak mempelajari apa yang dimuat dalam LMS yang akan dimulai dari Modul 1.1, yang nantinya akan dilaksanakan juga forum diskusi bersama fasilitator pada Ruang Kolaborasi bersama teman-teman CGP lainnya yang dibentuk dalam beberapa Kelompok.

        Pada tanggal 23 Maret 2024 dilaksanakan Lokakarya Orientasi di SDS Cendana Mandau, Kabupaten Bengkalis, mulai pukul 08.00 – 15.30 WIB. Dalam kegiatan lokakarya orientasi dihadirkan pengawas dan kepala sekolah CGP. Dengan diikut sertakannya Kepala Sekolah dalam lokakarya tersebut alangkah bahagianya hati saya karena Beliau mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang perjalanan Pendidikan Guru Penggerak sehingga diharapkan dapat memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada saya sehingga saya dapat melaksanakan Pendidikan Guru Penggerak ini dengan baik. Pada kenyataannya kegiatan lokakarya orientasi lebih banyak berinteraksi dengan Pengajar Praktik dan teman-teman sekelompok. Dalam hal tersebut saya berkesempatan langsung Pekernalan satu sama lain.

        Pada tanggal 15-16 Maret 2024, peserta CGP melaksanakan Pretes Paket Modul 1. Selanjutnya mempelajari Modul 1.1 tentang Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2024. Konsep Forum diskusi dipimpin dan dipandu oleh Fasilitator, ibu Roza Novita, Dari kegiatan Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep kami mengetahui dan mulai memahami tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan dan Pengajaran, dalam kesempatan itu kami berdiskusi dengan sesama teman Calon Guru Penggerak. Setelah memulai materi Mulai Dari Diri dan Eksplorasi yang dilaksanakan diskusi secara virtual, kita juga berdiskusi dengan Fasilitator pada Modul 1.1 eksplorasi konsep dilaksanakan via Google meet pada tanggal 19 Maret 2024.

        Kami juga mengikuti ruang kolaborasi dengan Fasilitator, Ibu Roza Novita. Hal yang menarik saat mengikuti kegiatan ruang kolaborasi kelompok. CGP berdiskusi di ruang virtual tentang budaya daerah yang mengandung konsep-konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara. Fasilitator membuka Forum Diskusi dengan menegaskan tujuan pembelajaran, yaitu CGP mampu memberikan refleksi kritis tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam forum Diskusi. Disana kami berbagi pengalaman dan berdiskusi dengan teman-teman mengenai filosofi KHD dan penerapannya di sekolah.

        Selanjutnya, kami diminta untuk membuat karya berupa Demonstrasi Kontekstual pada tanggal 22 Maret 2024. Materi Elaborasi Pemahaman dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2024,dalam kegiatan Eloborasi Konsep CGP dijelaskan pemahaman secara mendalam tentang Konsep Dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan pendidikan Abad 21, pada elaborasi konsep, kami mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman dari instruktur dan teman-teman CGP. Selain itu CGP diminta untuk membuat pertanyaan di LMS, pertanyaan akan dibaca oleh Instruktur dan dibahas dalam Gmeet. Dalam kegiatan tersebut bapak/ibu CGP juga diminta untuk menilai kinerja instruktur.

        Kurang lebih selama dua minggu, kami belajar mandiri melalui LSM yang dirancang dengan sangat “friendly user”, sehingga para CGP tidak susah untuk mengeksplore fitur-fitur yang ada di dalam LMS itu sendiri. Kegiatan demi kegiatan dilaksanakan hingga kami diharuskan membuat karya berupa Demonstrasi konstektual, Koneksi Antar Materi, Jurnal dwi mingguan, dan Aksi Nyata.

        Feeling (Perasaan)

        Selama kurang lebih dua minggu saya menjadi CGP, banyak sekali hal yang saya rasakan. sedih, senang, galau, bahagia, semua bercampur baur dengan keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat menyelesaikan Program Guru Penggerak ini. Keseluruhan perasaan tersebut saya ibaratkan juga dengan apa yang dialami oleh murid-murid saya.

        Banyak ilmu yang saya dapatkan selama menjalani proses ini, bagaimana menjadi guru yang seharusnya, bagaimana memerdekakan anak, upaya apa yang harus dilakukan dalam menunjang proses pembelajaran yang berhamba kepada anak. Keseluruhan rangkaian yang ada di dalam LMS membuat saya merasakan bahwa apa yang saya miliki tentang Pendidikan sangat jauh dari yang diharapkan dengan tujuan Ki Hajar Dewantara. Betapa hebatnya sosok Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa kita harus memanusiakan manusia, sehingga murid dapat mencapai kodrat alam, namun juga tetap selalu membuka mata untuk setiap hal positif di luaran sana (kodrat zaman) sehingga anak didik kita dapat merasakan kebahagiaan dan keselamatan sejati.

        Findings (Pembelajaran)

        Dari pembelajaran ini saya menemukan hal-hal yang kurang saya pahami sebelumnya yaitu tentang filosofis Ki Hajar Dewantara. Saya mendapat ilmu-ilmu baru yang sangat saya perlukan untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang pendidik. Melalui Dasar pemikiran ki hajar Dewantara saya merasa mendapat bekal yang tidak ternilai harganya.

        Saya menyadari bahwa anak memiliki kodrat merdeka, merdeka batin adalah pendidikan sedangkan merdeka lahir adalah pengajaran. Dua hal yang saling bergantug satu sama lain. Oleh karena itu saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan minat, bakat , dan kreatifitasnya sebab manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Sebagai seorang pendidik saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani dan berhubungan dengan kearifan budaya lokal.

        Sebagai pendidik saya harus senantiasa menghamba kepada anak atau dengan kata lain berpihak pada mereka. Saya juga harus memandang murid bukanlah kertas yang bisa digambar sesuai kemauan saya, karena mereka lahir dengan kodrat yang samar. Tugas kita adalah menebalkan garis-garis samar itu agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Menerapkan Praktik baik dan budi pekerti yang luhur merupakan keharusan yang tidak terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses pembelajaran dengan pencapaian profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri , Kreatif dan bernalar kritis.

        Seorang pendidik diibaratkan seorang petani yang akan menghasilkan tanaman-tanaman berkualitas. Untuk itu menanam :
  • Benih Pengetahuan: Seperti seorang petani yang menanam benih di ladang, seorang pendidik menanam benih pengetahuan dalam pikiran siswa. Mereka memberikan pemahaman dan informasi kepada siswa, yang akan tumbuh dan berkembang seiring waktu.
  • Merawat Pertumbuhan: Seorang petani merawat tanaman mereka dengan memberikan perawatan yang diperlukan, seperti air, sinar matahari, dan nutrisi. Begitu juga, seorang pendidik merawat perkembangan siswa dengan memberikan bimbingan, motivasi, dan dukungan yang diperlukan untuk memastikan pertumbuhan yang optimal.
  • Menyediakan Lingkungan yang Menguntungkan: Seorang petani menciptakan lingkungan yang optimal bagi tanaman mereka untuk tumbuh. Demikian pula, seorang pendidik menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, aman, dan menginspirasi bagi siswa mereka. Ini termasuk menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, memberikan dukungan emosional, dan memfasilitasi kolaborasi antar siswa.
  • Memanen Hasil: Seperti seorang petani yang memanen hasil usahanya, seorang pendidik merasakan kebanggaan ketika siswa mereka mencapai kemajuan, memperoleh pemahaman baru, atau mencapai prestasi yang luar biasa. Seperti hasil panen yang memuaskan, pertumbuhan dan kemajuan siswa merupakan hasil dari upaya dan investasi yang dilakukan oleh pendidik.
  • Menghadapi Tantangan Alam: Seorang petani menghadapi tantangan seperti perubahan cuaca, serangan hama, dan penyakit tanaman. Demikian pula, seorang pendidik menghadapi tantangan dalam proses pembelajaran, seperti perbedaan gaya belajar siswa, kesulitan pemahaman, atau masalah perilaku. Sebagai petani yang tangguh, seorang pendidik juga harus beradaptasi dan mencari solusi kreatif untuk mengatasi tantangan ini.
  • Menyebarkan Biji Pengetahuan: Seperti petani yang membagikan biji kepada petani lain untuk menyebarkan pengetahuan dan pengalaman, seorang pendidik juga berbagi pengetahuan, metode pengajaran, dan praktik terbaik dengan sesama pendidik. Kolaborasi dan pertukaran informasi ini penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
  • Menggunakan perumpamaan ini, diharapkan dapat lebih memahami peran penting seorang pendidik dalam proses pendidikan dan bagaimana mereka secara aktif berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan siswa mereka.

        Future (Penerapan)

        Saya akan melakukan hal terbaik dalam proses pembelajaran saya dikelas, agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Banyak hal yang akan saya benahi, karena saya sadar selama ini yang saya lakukan jauh dari kata sempurna jika dikaitkan dengan filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diganti dengan pembelajaran yang berpusat pada murid, agar tercipta interaktif yang menyenangkan didalam kelas ataupun dilapangan. Memberi kebebasan kepada anak-anak untuk menggali potensi yang dimilikinya harus terjadi dalam proses pembelajaran agar mereka menemukan jati dirinya sehingga menjadi manusia seutuhnya.

        Mengarahkan bukan lagi hal yang perlu dipertahankan tetapi kita harus merubahnya dengan menuntun peserta didik agar kodrat alam yang dimilikinya sejak lahir bisa berkembang kearah yang lebih baik dan kodrat zaman dimana mereka hidup saat ini bisa mereka dapatkan sehingga akan mempermudah mereka dalam mengatasi persoalan hidupnya dimasa kini ataupun masa mendatang.

        Berikut adalah cara saya melakukan proses pembelajaran di kelas:

  • Tetapkan Tujuan yang Jelas: Misalnya, ingin mencapai nilai tertentu, memahami konsep tertentu, atau mengembangkan keterampilan khusus. Tujuan yang jelas akan memberikan Anda arah dan motivasi yang diperlukan.
  • Buat Jadwal Belajar yang Teratur: Buat jadwal belajar yang teratur dan disiplin. Ini akan membantu saya mengalokasikan waktu yang cukup untuk mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas.
  • Jaga Lingkungan Belajar yang Baik: Ciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan bebas gangguan.
  • Gunakan Berbagai Sumber Belajar: Jangan terpaku pada satu sumber belajar saja. Dengan manfaatkan berbagai sumber seperti buku teks, materi online, video pembelajaran, dan diskusi dengan teman sekelas. Ini akan memberikan sudut pandang yang beragam dan siswa memahami konsep dengan lebih baik.
  • Jangan Takut untuk Bertanya
  • Lakukan Latihan dan Mengerjakan Tugas
  • Bersikap Positif dan Percaya Diri

        Demikianlah Pemaparan refleksi Jurnal Dwimingguan terkait pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara Modul 1.1. Terimakasih

        Salam Guru Penggerak. Tergerak, Bergerak, Menggerakkan.

        Guru Bergerak, Indonesia Maju.

        Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

  

A. Sebelum mempelajari Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan KHD

        Sebelum mempelajari modul 1.1 Refleksi Filosofis Ki Hajar Dewantara. Pembelajaran yang saya lakukan masih berpusat pada guru dimana murid hanya sebagai objek pembelajaran saja. Saya hanya sebatas mentransfer materi pelajaran saja dengan menganggap ketuntasan dalam penyampaian materi lebih penting daripada memahami karakteristik murid. Disini biasanya saya hanya melihat nilai murid dari aspek kognitif saja misalnya saat mereka mengerjakan soal berupa Tugas atau Penilaian Harian jika nilai murid sudah mencapai KKM dinyatakan bahwa pembelajaran sudah berhasil begitu sebaliknya. Sebelumnya-pun saya tidak memperdulikan apakah murid sudah benar-benar paham dari apa yang saya ajarkan atau tidak, karena fokus utama saya lebih pada ketercapaian materi mengingat materi yang saya ajarkan sangat padat. 

         Dalam proses pembelajaran yang saya lakukan, saya masih dominan menggunakan metode ceramah, memberi contoh soal kemudian memberi latihan soal pendalaman materi. Siswa dituntut harus mengikuti semua arahan – arahan yang saya berikan untuk dapat mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jika murid tidak mengikuti arahan saya, biasanya saya akan marah dan memberi ancaman dan hukuman. Oleh karena hal ini murid merasa tertekan dan berakibat fatal pada gagalnya penanaman karakter dan pencapaian kompetensi mereka sehingga saya pun sering merasa gagal dan mengeluh jika banyak murid yang tidak tuntas setelah melakukan evaluasi. Dari sini apa yang saya lakukan saya sadari salah dan jauh dari pemikiran bahwa seorang Guru harus menghamba pada murid. 


B. Filosofi Pemikiran KHD 

1. Pendidikan Yang Menuntun 

        Bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak – anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya baik sebagi manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan, namun pendidik harus bisa menjadi “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang “Pamong” dapat memberikan “tuntunan” agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lainnya. Oleh sebab itu tuntunan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat)

2. Pendidikan Yang Sesuai Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

        KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat Alam dan Kodrat Zaman. Kodrat Alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

        KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodrtanya sesuai dengan alam dan zamannya. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan Abad ke-21, sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka pendidikan harus disesuaikan dengan konteks lokal sosial budaya murid setempat, Murid di Indonesia Barat tentu memliliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.

3. Pendidikan yang memerdekakan dan menghamba pada anak.

        Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses pendidikan yang meletakkan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh kembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Pendidikan harus berorientasi pada murid sehingga pendidikan harus berhamba (melayani dengan sepenuh hati) pada anak.


C. Pemikiran dan Perilaku yang berubah setelah mempelajari Modul 1.1

        Setelah saya mempelajari modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa apa yang saya pikirkan dan saya lakukan selama ini tidaklah tepat. Seharusnya saya melakukan proses pembelajaran secara menyeluruh bukan hanya aspek kognitif saja namun juga afektif psikomotor spiritual sosial dan budaya. Murid harusnya saya dudukan pada porsinya yaitu bukan sebagai objek pembelajaran melainkan subjek pembelajaran yang artinya murid memiliki kebebasan berekspresi mengemukakan pendapat dan berkreasi sesuai dengan metode atau model pembelajaran dan media yang tepat. Saya sebagai guru harus menjadi pamong dan fasilitator dalam proses pembelajaran, harus penuh kesabaran dengan segala keikhlasan dan ketulusan hati mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada murid. Selain itu saya sebagai guru harus mempelajari karakteristik murid karena setiap anak dilahirkan unik dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, saya harus menghargai setiap karakter murid dengan memberikan kesempatan untuk mereka tumbuh sesuai dengan kodratnya.

D. Penerapan di Kelas Untuk Mewujudkan Pemikiran KHD

        Hal yang dapat segera saya terapkan dalam pembelajaran di kelas antara lain merancang pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan dengan melibatkan murid sesuai dengan metode student center. Saya akan menerapkan pembelajaran abad 21 yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu berpikir kritis kreatif komunikasi dan kolaborasi dengan berpegang teguh pada konsep memerdekakan anak. Pembelajaran tidak lagi menuntut tetapi menuntun karena tugas guru adalah memberi tuntunan atau arahan yang baik kepada murid dan berusaha menjadi teladan bagi murid, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Selanjutnya saya harus mengenali karakter dan latar belakang murid dengan menjalin komunikasi yang baik.


Oleh : SAYED MUNANDAR, S.Pd

Guru PJOK SDN 11 Rupat

CGP Angkatan 10 Kabupaten Bengkalis